Beberapa waktu yang lalu, aku diberi hadiah sebuah laptop bekas. Laptopnya itu sendiri adalah ASUS X412DA, dilengkapi dengan AMD Ryzen 3500U, grafis hanya dari Vega 5 yang integrated, dengan RAM 4 GB + 8 GB yang sayangnya single channel karena modul RAM yang pertama disolder di motherboard. Memang bekas, tetapi aku menerimanya dengan senang hati dan ikhlas.
Laptop ini diberikan kepadaku bulan Januari yang lalu. Ketika datang, laptop ini terpasang Windows 10 yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, yang biasanya diperuntukkan untuk bermain game. Praktik ini sudah cukup lumrah ditemui, sih. Aku sendiri memiliki dua rencana, install Windows atau install Linux.
Aku ingin menginstall Windows, karena secara performa, seharusnya laptop ini lebih mumpuni dari desktop yang aku miliki sekarang. Game bikinan Hoyo mungkin masih bisa di desktop, tetapi khusus Wuthering Waves, yang sampai saat ini masih belum sempet aku tekuni tidak bisa jalan dengan mulus dan nyaman di desktop karena kurang tenaganya. Aku ingin main Wuthering Waves di sini, sembari aku gunakan saat di luar rumah untuk urusan kampus dan sejenisnya.
Tetapi di sisi lain aku juga ingin menggunakan Fedora lagi karena kenapa tidak? Aku sendiri gak begitu masalah dengan Windows, tetapi aku merasa karena pakai Linux secara umum di laptop justru terasa lebih nyaman. Dan karena aku masih menggunakan desktop yang masih pakai Windows sebagai komputer utamaku, menjalankan sesuatu yang lebih enteng dan sederhana di laptop juga bukanlah hal yang buruk.
Tetapi antusiasme itu seketika padam karena setelah beberapa hari dimana aku sendiri juga belum sempat ngapa-ngapain di laptop ini, ada sedikit masalah. Tiba-tiba layarnya memutih perlahan saat boot up. Setelah dimatikan paksa, gak nyala sama sekali. Sekali lagi dicoba, nyala sebentar kemudian mati lagi. Beberapa kali seperti itu. Bahkan ada kondisi dia gak mau nyala sama sekali. Aku tinggalkan laptop ini selama beberapa waktu dan kembali menggunakan desktop.
Beberapa bulan setelah aku memeriksanya kembali, aku menduga bahwa yang bermasalah adalah daya yang mengalir dari baterai ke motherboard tidak kuat sehingga kerap mati di saat tertentu. Setelah aku lepas baterainya dan kembali memasangnya, kemudian aku coba install ulang Windows lagi, akhirnya berhasil boot dan tidak mati lagi.
Dan sekali lagi, antusiasme itu seketika padam lagi karena ternyata setelah penggunaan beberapa hari, aku baru sadar bahwa yang bikin performa laptop ini jelek adalah clock speed dari CPU-nya hanya 400 MHz dari yang seharusnya 2,1 GHz. Padahal CPU yang digunakan adalah AMD Ryzen 5 3500U yang seharusnya lebih lancar saat digunakan daripada CPU yang aku gunakan di desktop-ku, AMD Athlon 200GE.
Setelah mencari solusi, untuk mengubah clock speed di laptop ini di bawah Windows ternyata tidak bisa atau tool yang ada cukup terbatas. Bahkan untuk laptop ini, pengaturan UEFI-nya benar-benar dibatasi, termasuk masalah clock speed CPU.
Namun kemudian setelah aku menginstall ulang Fedora di SSD-nya, aku menemukan bahwa di Linux secara mendasar bisa mengubah clock speed walau secara dinamis. Sehingga aku bisa mendapatkan clock speed dari 400 MHz hingga 1,6 GHz. Tidak banyak, setidaknya tidak selemot sebelumnya. Walau nyatanya juga masih kalah cepat dibanding dengan desktop-ku baik di Windows maupun Linux. Untuk game, jelas laptop ini sudah tidak kuat untuk menjalankannya, apalagi kalau pakai WINE di Linux, menyerah. Tetapi setidaknya masih bisa aku gunakan untuk mengerjakan skripsi saat di luar rumah.
Dan ternyata sama saja. Dua pekan yang lalu, aku mendapati masalah yang sama di laptop ini. Setelah aku lepasa baterainya pun juga sama saja. Terlebih setelah aku lepas baterainya kembali, konektor baterai ke motherboard lepas karena saking ringkihnya laptop ini. Aku sendiri geleng-geleng kepala mengapa ASUS bisa bikin laptop yang seringkih ini.
Mengetahui bahwa laptop ini sudah tidak bisa dipakai lagi, aku putuskan untuk menyimpannya saja dan mengambil SSD serta RAM yang ada di dalamnya. Rencananya akan aku gunakan kembali SSD-nya sebagai penyimpanan di desktop-ku, walau harus beli enclosure 2,5 inch karena slot M.2 di motherboard-nya sudah terisi.