Sebenarnya udah beberapa kali aku kecelik beli barang murah yang jelas murahan kualitasnya. Dari flash disk palsu sampai peranti audio abal-abal. Tetapi yang satu ini juga cukup menarik buat aku bahas.
Yang namanya mencoba tentu tidak ada salahnya. Buat memberikan impresi yang personal tentu lebih terasa daripada bergantung sama “katanya” dari orang lain. Itu yang membuatku kepikiran buat beli tiruan AirPods murah yang sering kelihatan di pasar.
Awalnya cuma karena sempet mampir di salah satu toserba di daerah Godean, Sleman yang kebetulan juga menjual berbagai macam barang elektronik murah, yang tentu saja kebanyakan dari yang ada itu adalah barang tiruan. Baru kali itu ketemu yang namanya earphone bluetooth tiruan AirPods. Namanya inPods 12. Entah nomor “12” maksudnya apa, atau karena memang seri sebelumnya dari inPods 13 yang modelnya berbeda. Tetapi kemana inPods 11 dan lainnya, ya?
Lupakan soal itu. Ketika iseng nyoba, jujur agak kaget ternyata cukup melebihi ekspektasi yang memang sudah cukup rendah. Ternyata suaranya masih mendingan daripada earphone bluetooth yang pernah aku beli dulu, walau jelas lebih krispi karena isinya trebel doang dengan bas yang tipis dibanding dengan sekadar QKZ AK6 yang sekarang aku pakai. Akhirnya kepikiran buat nyoba beli.
Harganya sekitaran 25 ribuan pas beli. Beneran murah, tentu saja murahan. Pas udah datang, aku perhatikan barangnya, memang kayak AirPods sih secara visual, minus warnanya hitam karena aslinya putih, ‘kan. Bahkan untuk port buat mengisi daya juga menggunakan port lightning yang biasa ditemui di iPhone dan sejenisnya dulu. Neat!
Kalau gak salah inget, dulu emang lumayan pemakaiannya. Bisa sampai tiga jam sekali isi daya. Memang gak lama untuk standar sebuah perangkat bak TWS seperti ini. Tapi ingat, harganya memang murah. Dan lucunya, kanal suara kiri dan kanan di sini tertukar di kedua earphone-nya. Jadi agak aneh buat yang terbiasa sama lagu yang kontras channeling-nya (kecuali kamu dengerinnya mono kayak horeg, penting seru).
Dan lambat laun earphone ini cukup bikin kesal ketika dipakai. Kontrol sentuh di setiap earphone-nya terlalu sensitif, sehingga ketika ingin membetulkan posisinya di telinga, harus memegang pucuknya alih-alih memegang keseluruhan permukaannya seperti earphone kabel biasanya. Kemudian saat case-nya diisi daya, itu ternyata belum tentu mengisi daya ke earphone-nya juga. Sehingga ketika case sudah penuh, baru dilepas agar case bisa mengisi daya ke earphone. Aneh.
Kemudian ternyata masalah baterai itu juga muncul. Yang awalnya bisa sampai 2,5 hingga 3 jam, justru sekarang satu jam saja sudah habis aja. Padahal juga diperhatikan bagaimana aku mengisi dayanya. Bukannya enak bisa tanpa kabel, malah gak jadi dengerin lagu saat di kereta. Aku sempat menanggalkan inPods 12 dan kembali menggunakan QKZ AK6 untuk kebutuhan sehari-hari.
Skip di bulan April kemarin, aku iseng menggunakan lagi inPods 12 yang harus aku isi daya lagi karena kehabisan daya beberapa waktu sebelumnya untuk disandingkan dengan Samsung Galaxy A16 LTE yang aku beli pertengahan bulan itu. Ternyata dengan pakai hape ini, aku bisa membuat agar keluaran suara yang ada di inPods 12 jadi mendingan. Seperti menggunakan ekualiser dan pengaturan audio yang tidak tersedia di Realme 5i yang aku gunakan sebelumnya.
Tetapi sama saja, masalah baterai dan kontrol tetapi menjadi momok dalam menggunakan inPods 12. Buruk, benar-benar buruk. Oh, sekali lagi aku katakan bahwa ini juga barang murah, murahan. Kenapa orang beli juga, ya? Heran. Dan aku akhirnya kembali ke wired earphone which is way better than this. Walau ujungnya QKZ AK6-ku ikutan mati sebelah kanan dan aku hanya menggunakan separuh saja.
Hei, gak ada salahnya mencoba walau malah jadi e-waste. Ini bukanlah ulasan, bukan juga cacian, tetapi hanya catatan mengenai pengalaman pertama menggunakan hal baru yang belum pernah dicoba.