Sebelum kalian keburu meninggalkan komentar yang berdimensi panjang kali lebar kali tinggi kayak volume balok yang dulu diajarin semasa sekolah, mungkin kalian coba bertanya sekali lagi dan berpikir untuk kalian sendiri, cloud storage sendiri buat apa untuk kalian?
Terkadang pertanyaan ini muncul di benakku sendiri ketika aku menggunakan layanan cloud storage seperti Google Drive, OneDrive dan Nextcloud. Ketiga-tiganya aku pakai semua. Dan tentu masing-masing juga punya fungsinya masing-masing.
Jujur, aku sebelumnya merupakan seseorang yang memanfaatkan beberapa akun Google agar bisa memiliki kapasitas Google Drive yang lebih banyak dari sekadar 15 GB saja, walau aku sudah lama tidak lagi melakukan ini karena ribet. Aku selama tiga tahun ini berlangganan Google One dengan tier 100 GB saja karena aku butuh ruang lebih di awan tetapi tidak terlalu banyak karena seringnya hanya untuk foto dan kerjaan.
Selain itu, aku juga menggunakan OneDrive, yang kebetulan aku mendapatkan bonus dari developer program yang diadakan oleh Microsoft. Dan untuk akun pribadiku sendiri hanya aku gunakan untuk berkas kerjaan yang bersifat sementara dan untuk salinan dari tulisan yang aku buat di Obsidian. Walau aku tidak langganan OneDrive jadi akun pribadiku hanya tersedia ruang sebesar 5 GB, aku memiliki ruang 1 TB dari akun developer program tadi, yang sekarang juga sudah penuh karena untuk menyimpan hal yang non-esensial.
Untuk Nextcloud sendiri, walau aku masih merawat akunnya yang di-host di salah satu penyedia layanan Nextcloud di Polandia dengan terus login ke akunnya, baik di ponsel maupun laptop (melalui GNOME), aku masih belum memaksimalkan ruang penyimpanan untuk hal-hal yang sering aku lakukan karena masih merasa cukup.
Sekarang kembali ke awal, kenapa aku bertanya mengenai hal seperti ini? Bukannya orang sudah cukup familiar dengan konsep cloud storage atau cloud computing pada umumnya? Bukannya punya backup itu juga penting? Bukannya orang juga sekarang terkoneksi melalui internet di mana saja?
Ada satu fenomena menarik dalam beberapa waktu yang lalu. Google melalui Gemini menawarkan Gemini Pro yang dibundel bersama Google One dengan bonus penyimpanan di Google Drive sebesar 2 TB secara percuma bagi mahasiswa di Indonesia selama 15 bulan atau 1,25 tahun. Secara durasi memang tidak begitu banyak, tetapi siapa juga yang tidak mau gratisan?
Aku pribadi yang sudah langganan Google One 100 GB sendiri awalnya merasa tidak memerlukannya. Heck, malah sedari lama ingin minggat dari Google One dan berencana untuk mencoba bikin NAS atau hosting Nextcloud di rumah ala-ala walau sampai detik ini pun masih belum tercapai karena tidak memungkinkan. Rumahku saja untuk koneksi internet pakai hostpot dari ponsel.
Merasa tidak perlu, aku sendiri tidak berniat awalnya untuk mengambilnya. Apakah aku butuh penyimpanan sebesar 2 TB di awan? Mungkin tidak, jelas tidak. Tetapi mengingat keuangan sedang tidak mendukung juga untuk tetap langganan Google One sembari melunasi tagihan yang lain, 35 ribu selama 15 bulan itu lumayan kalau misal tidak aku larikan ke sana, jadi aku putuskan untuk mengambil tawaran ini.
Belum selesai sampai di situ, ada lagi yang bikin tercengang walau aslinya juga tidak kaget. Bermunculan reseller yang bisa dibilang bodoh menurutku. Memang syarat untuk mendapatkan tawaran ini harus memiliki akun akademik yang aktif sebagai seorang mahasiswa, itupun benar-benar gratis, tetapi dia menawarkan jasa aktivasi seharga Rp50.000 bagi yang mau. Orang yang ingin pun enggan membayar dia, ogah lah. Bukannya apa-apa, justru di situ bakalan rugi karena secara teknis program ini hanyalah uji coba bagi mahasiswa selama 15 bulan saja. Sehabis itu kembali lagi ke harga asli. Bukan sebuah solusi yang permanen.
Dan seandainya kita benar-benar butuh penyimpanan di awan sebesar 2 TB, mau diapakan? Aku rasa ruang sebesar itu terasa diabolikal, bahkan untuk orang yang kerjanya memang membutuhkan penyimpanan yang banyak seperti orang yang bekerja di bidang kreatif. Jika pun membutuhkan ruang yang besar, solusi yang luring seperti flash disk atau hard disk eksternal tentu lebih terjangkau dan tidak ada biaya langganan selama periode tertentu, dan untuk penyimpanan di awan hanya untuk berkas yang seperlunya saja disimpan di sana.
Ini semua kembali lagi ke masalah apakah kita butuh semua itu. Langganan di layanan seperti Google Drive atau OneDrive itu tidak masalah, mampir di hostingan Nextcloud juga oke-oke saja. Tetapi 2 TB untuk seorang yang awam? Seseorang yang gak biasa ngulik soal teknologi (misalkan)? Seseorang yang internetnya saja masih di bawah rata-rata pengguna di Indonesia? Apakah cocok?
Bagi yang sudah mengambil penawaran ini, aku gak ada masalah, karena aku sendiri juga mengambilnya. Tetapi yang mencoba mengambil untung dengan cara tadi bagaimana? Berbicara soal efisiensi dalam bisnis, orang yang melakukan sebuah tindakan yang tidak jelas bakal untung atau tidak itu bisa jadi merugikan bisnis sendiri. Dan orang yang memang bukan targetnya (misal di sini adalah non-mahasiswa) juga mencoba untuk mendapatkan tawaran ini pun bukannya bisa dipakai maksimal, malah ujung-ujungnya juga lupa, ‘kan lucu. Semuanya jadi mubazir.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwasanya kita dianjurkan untuk menggunakan sesuai yang kita sanggupi dan butuhkan. Jika memang butuh yang besar, silakan. Jika memang ingin menjadikannya salinan dari cadangan (backup) yang kedua atau ketiga, silakan. Yang penting adalah gunakan suatu hal, yang di sini adalah penyimpanan di awan, sebaik mungkin dan sesuai apa yang kita butuhkan. Terkadang kita lupa kalau kita tidak membutuhkan ruang yang banyak tetapi penasaran kenap tagihan banyak, kita lalai terhadap hal yang seperti itu. Atau seandainya kita malah justru mengambil hak yang bukan milik kita, walau secara skenario mungkin Google punya sumber daya yang lebih dari cukup. Tetapi, siapa juga yang tahu. Tetaplah bijak.